Mengenang Kejahilan Lupus dalam Buku Lupus ABG: Suster Ngepooot! | Review Novel
BOOK REVIEW
#Ngeread_Kuy!
#KMC8
#KMC8
 |
| Lupus: Suster Ngepot - Hilman & Boim Lebon |
Penulis: Hilman & Boim Lebon
ISBN: 978-979-22-3547-0
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Keempat
Tahun terbit: Mei 2009
Jumlah halaman: 168 halaman; 18 cm
Malam itu tiba-tiba badan Lulu panas banget. Karena panasnya nggak kunjung turun, akhirnya Mami minta Lupus membawa Lulu ke dokter.
"Tapi udah hampir jam sebelas malam, mana ada dokter yang buka?" tanya Lupus.
"Ke klinik 24 jam aja!" kata Mami.
Lupus nganter Lulu ke klinik 24 jam pake becak, tapi kliniknya sepi banget.
"Eh, kok saya kayak nyium bau-bau apa, gitu..." Si tukang becak mulai khawatir. "Jadi merinding nih..."
"Nggak usah punya pikiran macem-macem deh, Bang. Barusan saya kentut, tau!" kata Lulu.
Tiba-tiba muncul seorang ibu tua memakai kain lusuh dengan rambut beruban. Selain itu muncul juga seorang suster yang ekspresi wajahnya sangat dingin.
Lupus dan Lulu makin merinding, dan akhirnya kabuuur!
Tapi, apa betul di klinik yang sepi itu ada makhluk halusnya? Terus, apa hubungannya dengan hantu paling populer abad ini: Suster Ngepooot...?
Siapa sih yang nggak kenal sama kisah Lupus? Tokoh fiktif yang satu ini sedah sejak lama melekat dalam memori pembacanya, bahkan hingga diangkat ke layar lebar. Kekonsistenan sosok Hilman & Baim Lebon khususnya, dalam menghidupkan karakter Lupus perlu diacungi jempol.
Mulai kisah Lupus masih bocah dengan segala bentuk kenakalan dan kejahilannya, masa ABG yang kuat dengan rambut khas buntut bebek andalannya, serta masa-masa Lupus menjalani kehidupan dewasa dan jatuh cinta. Semuanya penuh warna dan pastinya mengundang gelak tawa. Meski hanya humor receh tapi susah menolak untuk tidak tertawa.
Seri Lupus ABG ini menjadi salah satu penggalan kisah Lupus dan keluarganya yang nggak kalah seru. Dalam buku ini dimuat 10 cerita pendek tentang kekonyolan Papi, Mami, Lupus, hingga kecentilan adiknya, Lulu. Bahkan, kucing dan tukang hutang pun ikut ambil bagian dalam buku ini. Satu hal yang saya kagumi,kisah horor bisa jadi super ngocol jika ada Lupus di dalamnya. Mungkin makhluk halus pun ngakak baca kisah ini.
Satu-satunya yang saya kurang suka dari buku ini hanya fon atau huruf yang digunakan. Ini hanya pendapat subjektif saya yang kurang nyaman membaca fon tersebut juga dengan penggunaan tanda baca yang kadang boros juga. Tapi, jika diamati lebih jauh, ini sudah menjadi ciri khas dari buku-buku kisah Lupus. So, saya masih bisa memakluminya.
Nah, saya kira cukup sekian review singkat saya kali ini. Semoga bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Sampai jumpa di sesi review buku selanjutnya....
"Tapi udah hampir jam sebelas malam, mana ada dokter yang buka?" tanya Lupus.
"Ke klinik 24 jam aja!" kata Mami.
Lupus nganter Lulu ke klinik 24 jam pake becak, tapi kliniknya sepi banget.
"Eh, kok saya kayak nyium bau-bau apa, gitu..." Si tukang becak mulai khawatir. "Jadi merinding nih..."
"Nggak usah punya pikiran macem-macem deh, Bang. Barusan saya kentut, tau!" kata Lulu.
Tiba-tiba muncul seorang ibu tua memakai kain lusuh dengan rambut beruban. Selain itu muncul juga seorang suster yang ekspresi wajahnya sangat dingin.
Lupus dan Lulu makin merinding, dan akhirnya kabuuur!
Tapi, apa betul di klinik yang sepi itu ada makhluk halusnya? Terus, apa hubungannya dengan hantu paling populer abad ini: Suster Ngepooot...?
Siapa sih yang nggak kenal sama kisah Lupus? Tokoh fiktif yang satu ini sedah sejak lama melekat dalam memori pembacanya, bahkan hingga diangkat ke layar lebar. Kekonsistenan sosok Hilman & Baim Lebon khususnya, dalam menghidupkan karakter Lupus perlu diacungi jempol.
Mulai kisah Lupus masih bocah dengan segala bentuk kenakalan dan kejahilannya, masa ABG yang kuat dengan rambut khas buntut bebek andalannya, serta masa-masa Lupus menjalani kehidupan dewasa dan jatuh cinta. Semuanya penuh warna dan pastinya mengundang gelak tawa. Meski hanya humor receh tapi susah menolak untuk tidak tertawa.
Seri Lupus ABG ini menjadi salah satu penggalan kisah Lupus dan keluarganya yang nggak kalah seru. Dalam buku ini dimuat 10 cerita pendek tentang kekonyolan Papi, Mami, Lupus, hingga kecentilan adiknya, Lulu. Bahkan, kucing dan tukang hutang pun ikut ambil bagian dalam buku ini. Satu hal yang saya kagumi,kisah horor bisa jadi super ngocol jika ada Lupus di dalamnya. Mungkin makhluk halus pun ngakak baca kisah ini.
Satu-satunya yang saya kurang suka dari buku ini hanya fon atau huruf yang digunakan. Ini hanya pendapat subjektif saya yang kurang nyaman membaca fon tersebut juga dengan penggunaan tanda baca yang kadang boros juga. Tapi, jika diamati lebih jauh, ini sudah menjadi ciri khas dari buku-buku kisah Lupus. So, saya masih bisa memakluminya.
Nah, saya kira cukup sekian review singkat saya kali ini. Semoga bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Sampai jumpa di sesi review buku selanjutnya....
Comments
Post a Comment