Kamu Alasanku Bahagia
Hari ini aku kembali merasakan rasanya menjadi tokoh dalam novel romance remaja. Betapa tidak, kamu datang ke rumah jauh-jauh hanya untuk mengajakku berburu novel di Gramedia. Ah sungguh kamu benar-benar sahabat terbaikku.
Meski panas mentari tak gentar mengisi langit siang ini, kau tampak asik saja dengan setang motor maticmu. Sesekali kau ajak aku tertawa saat ada hal unik di jalanan.
Ungaran - Pandanaran, bukan jarak yang jauh. Tapi aku menikmati setiap desir angin yang mengantar aroma parfumu merasuki penciumanku. Punggungmu amat menggoda untukku bersandar. Beruntung akal masih kuat menahanku.
"Selembar kertas aja kalau hilang seharga sepuluh ribu loh, Mam," gurauku saat motormu memasuki area parkir toko buku ternama itu. Dan aku kembali menikmati matamu menyipit sambil tertawa.
"Mau cari novel apa?" tanyamu. Aku sedikit terkejut, pasalnya kamu yang mengajakku kemari.
"Ngga ada rencana sih, kamu?"
"Aku pengen beli Konspirasi Alam Semesta punya Fiersa Besari," ujarmu berbinar.
"Oh, new coming ya, itu!" seruku menunjuk jejeran buku bersampul kuning kecoklatan di rak sudut tangga.
"Wah, gampang banget nemunya!"
"Namanya juga baru terbit," tanganku meraih sebuah novel karya Boy Candra. Jatuh dan Cinta, begitu judulnya.
"Naik yuk!" Mataku terangkat dari sinopsis novel dalam genggamanku mendengar ajakanmu.
"Nggak jadi yang itu?"
"Nggak ah, ngga minat." Kamu pun ngeloyor naik ke lantai dua. Aku mengikuti langkah mantapmu, perlahan.
"Kasih saran dong, Ra!"
"Ke rak best seller aja yuk," kutarik jaket Cressida hitam yang melekat di tubuhmu. Kamu pun mulai menatap ganas tumpukan buku di sana. Aku memilih mengamati buku lulusan Wattpad yang telah terbit, mencari kesamaan di setiap kisahnya.
"Ra, kenal Brian Khrisna?" tanyamu tetiba.
"Nggak kenal, tapi tahu. Aku followernya di tumblr," jawabku masih menekuri beberapa cover novel new coming.
"Tahu novel ini?"
"Kumpulan tulisannya di tumblr, kan?"
"Yap, tapi di sini ada kalimat yang serupa dengan apa yang kurasakan."
"Apaan?" tanyaku menatapnya serius.
"Terimakasih untuk temanmu yang meninggalkanku. Hari ini aku kembali menemukan kebahagiaanku, kamu."
Mataku mengerjap tak mempercayai pendengaranku. Ini pasti hanya candaanmu, kukuh hatiku.
Perlahan kau meraih jemari tangan kananku. Kau sematkan sebuah cincin yang cantik di sana.
"Aku nggak butuh jawaban, Ra, aku hanya mengungkapkan. Biar waktu yang menjawab semua." Senyummu mengiringi senyum bahagiaku.
Ya, kamu salah satu alasan bahagiaku.
Kirachusnul
03 November 2017 || 13:28 WIB
ceritanya menarik, tapi apa ya? sepertinya terlalu umum alur ceritanya.
ReplyDeleteKalau dari sudut pandang teater antara opening-konfik-klimaks-resolusi kurang 'gigit'.
ini pendapat mbah Kung yang nggak bisa nulis cerpen lho...
Waa... Ini ni komen yang ditunggu..
ReplyDeleteSiap bikin yang lebih baik lagi✊✊✊
Terimakasih Mbah Kung..